Programmer dan Buku Fiksi
Beberapa orang memandang profesi programmer sebagai profesi yang selalu bersentuhan dengan hal-hal teknis, jauh dari sajak-sajak indah seperti: “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana” karya Pak Sapardi, atau sajak-sajak penyejuk ruhani dari Gus Mus. Stigma-stigma itu kemudian ikut berperan menjerumuskan programmer ke dalam dunia yang semakin teknis.
Pemrograman sendiri pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan yang sangat membutuhkan kreatifitas. Bagaimana mungkin seorang programmer dapat membangun sebuah sistem tanpa kreatifitas. Penulis berkaca pada penuturan seorang budayawan terkenal Sujiwo Tedjo, beliau mengatakan bahwa seorang seniman yang bagus tentu ia memiliki kemampuan matematika yang bagus pula. Jika dalam matematika A+B=C dapat dituliskan juga dengan A=C-B, maka apa yang dikatakan budayawan Sujiwo Tedjo pun dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan matematika yang bagus tentu ia merupakan seniman yang bagus.
Dari teori-teori tersebut, penulis beranggapan bahwa menjadi seorang programmer yang bagus ternyata dapat juga ditempuh dengan menjadi seniman yang bagus, karena seorang seniman yang bagus tentu memiliki kreatifitas yang bagus. Sedangkan kreatifitas seseorang tumbuh dari imajinasi-imajinasinya. Albert Einstein pernah mengatakan “Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution”, imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia, merangsang kemajuan dan melahirkan evolusi. Lalu bagaimana menumbuhkan imajinasi-imajinasi dalam pikiran kita? Tentu dengan membawa pikiran-pikiran kita ke dalam sebuah imajinasi, tidak terbatas pada imajinasi hasil pemikiran kita sendiri, namun dapat juga berimajinasi dari hasil pemikiran orang lain melalui karya-karyanya, seperti buku fiksi.
Seorang penulis buku fiksi yang baik akan memberikan banyak sekali hal-hal baru kepada kita sebagai pembaca, membukakan cara pandang baru dalam menghadapi permasalahan. Hal inilah yang dibutuhkan seorang programmer, memiliki banyak sudut pandang dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Seorang programmer yang memiliki banyak sudut pandang dapat menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan nilai 1 (satu), tidak hanya 0 (nol) ditambah 1 (satu), atau 2 (dua) dikurangi 1 (satu), mungkin saja ia akan mendapatkannya dengan sin2α + cos2α . Bukankah begitu?
Referensi:
Hamza Musa, Why Programmers Should Read Good Fiction, https://medevel.com/why-programmers-should-read-good-fiction/
Matt Robison, Why Programmers Should Read Good Fiction, https://www.lullabot.com/articles/why-programmers-should-read-good-fiction
Sujiwo Tedjo, Math: Finding Harmony In Chaos, https://www.youtube.com/watch?v=Y6FDTbfkHjs&ab_channel=TEDxTalks