Salah satu faktor gagalnya proses dakwah disebabkan karena pendekatan yang digunakan para da’i dalam berdakwah kurang tepat. Akibatnya umat bukannya semakin dekat dengan Islam, malah semakin menjauh. Perspektif dakwah dan komunikasi memiliki objek dan subjek yang sama, yakni manusia. Pemahaman yang komprehensif terhadap keragaman budaya dan adat istiadat masyarakat sebagai objek dakwah ini akan memudahkan para da’i menentukan metode dan pendekatan dakwah yang tepat sesuai kondisi sosiokultural masyarakat agar tidak terjadi gesekan dengan budaya—sosiokultural. Manakala seorang da’i (komunikator) menyampaikan pesannya kepada mad’u (komunikan), diperlukan pendekatan yang tepat agar pesan dakwah—misi dakwah—dapat diterima oleh mad’u (komunikan) dengan baik. Dengan demikian, posisi da’i sangat penting dan signifikan dalam pergerakan dakwah Islam.
Islam harus didakwahkan dengan pendekatan adaptif sesuai kondisi sosiokultural umat sehingga penentuan metode, pendekatan, pesan dan media dakwah harus dinamis. Ajaran Islam harus disebarkan secara kreatif, tidak dihadirkan dengan cara-cara yang tradisional, monoton dan bahkan terkesan membosankan. Bahwa Islam harus didakwahkan dengan cara inovatif, artinya para da’i harus membuat terobosan baru agar pesan dakwah yang disampaikan dapat diperankan secara maksimal. Salah satunya dengan menerapkan komunikasi antarbudaya dalam pergerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Referensi utama kajian dakwah Islam ini mengungkap sejumlah hal yang menarik terkait “dakwah dan komunikasi antarbudaya”, di antaranya: dakwah perspektif komunikasi antarbudaya, hukum berdakwah dalam Islam, tujuan dan fungsi dakwah dalam komunikasi antarbudaya, dakwah dalam perspektif komunikasi, fungsi komunikasi antarbudaya, serta profesionalitas da’i dalam komunikasi dakwah. Berbagai topik penting yang disajikan dalam buku ini sangatlah perlu dibaca oleh aktivis dakwah khususnya dan umat Islam pada umumnya.
Gagasan Dakwah Pendekatan Komunikasi Antarbudaya
Dr. H. Abdul Wahid, M.A.
Agama, Sosial dan Psikologi