Air mata Zulfan terjatuh tatkala ayat-ayat suci Alquran terlantun dari bibirnya. Akan tetapi, tangisnya bukan karena makna dari sebuah ayat-ayat yang telah dibacanya, melainkan oleh luka batin yang teramat menyayatnya. Terlalu berat luka hatinya itu.
Dia dua kali mengalami bencana hati. Semasa di pesantren, ia jatuh hati kepada gadis teman sekelasnya. Namun, ketika ia hendak mengkhitbah gadis impiannya tersebut, Annisa telah lebih dahulu menerima lamaran orang lain. Hati Zulfan terbelah seperti kaca.
Kemudian, pada saat-saat hatinya masih mengalami traumatis, ia dijodohkan dengan adik sepupunya atas mufakat sesama orang tua. Zulfan tidak bisa membantah meski sebetulnya dirinya tidak mencinta gadis pilihan orang tua tersebut. Namun, seiringnya waktu, Zulfan jatuh cinta. Dia mencintai calon istri yang akan dinikah setelah lulus kuliah. Ketika hati mulai ada rasa, Aktifa telah menyatakan kebenaran melalui suratnya bahwa hatinya telah diberikan kepada lelaki lain di pesantren. Demi cinta, Aktifa telah merelakan diri menantang peraturan pesantren.
Hidup Zulfan begitu berat. Hidup Zulfan masih penuh teka-teki. Apakah suatu hari masih ada keajaiban untuk menyembuhkan lukanya itu? Dalam novel ini akan mengulas kisah-kisah sang tokoh yang bernama Zulfan.