“Hilya, kamu mau menikah dengan saya?” Seorang lelaki yang duduk di hadapan Hilya berucap tegas.
Hilya terbelalak seketika. Sendok yang dipegang terlepas, selera makan siangnya menguap entah ke mana. Mimpi apa ia semalam? Lelaki yang saat ini berada di depannya mengajaknya menikah dengan kalimat yang benar-benar terdengar monoton. Tanpa remeh temeh apa pun. Tanpa basa-basi sedikit pun. Hilya hanya mematung, mencoba mencerna keadaan yang sedang ia alami.
Lelaki itu mengajaknya menikah. Lelaki yang untuk membayangkannya saja, Hilya tak berani. Lelaki yang tidak ia kenali. Ralat. Ia mengenali lelaki itu setengah mati. Hanya saja, mungkin lelaki itu yang sama sekali tak mengenalinya. Lalu, jawaban bijak apa yang harus ia beri?