“Kita nggak akan mungkin berhasil, Bas,” ucap Azalea putus asa.
“Kita belum coba, Le. Kenapa kamu takut gagal bahkan sebelum semuanya kita lewati?” Albas dengan nada ngototnya, selalu tidak setuju dengan pendapat pesimis gadis di hadapan.
***
Gadis pesimis bertemu dengan laki-laki pantang menyerah. Terlihat mudah, memang.
Namun, tembok yang dibangun oleh Azalea terlalu kokoh dan terlalu tinggi untuk diruntuhkan.
Sayangnya, setinggi apapun tembok itu, bukan masalah yang berarti untuk seorang Albas Permana.
***
Dalam novel ini, kita juga belajar memaknai hal kecil lewat hal sederhana. Bunga.
Berjuang untuk tetap tumbuh dan menjadi perantara seseorang untuk mengungkapkan sesuatu.