Kulihat sekelilingku. Waktu telah membatu. Orang-orang di sekelilingku berwarna abu-abu. Kopi-kopi yang akan diseduh oleh berista itu berhenti mengalir seperti ombak yang membeku di atas cangkir. Wajah-wajah di sekelilingku berhenti pada berbagai gerak bibir mereka. Ada yang mulutnya menganga. Ada lelaki yang henda memberikan kecupan pada kening seorang perempuan di meja samping jeruji dengan jendela kaca sebadan manusia. Ada perempuan yang mulutnya berlipat dan tangannya menunjuk tegas pada lelaki di depannya, sementara tangannya yang lain menyentuh dadanya. Aku berjalan di sekitar mereka. Kulihat yang masih berwarna hanya diriku dan cahaya yang berpendar terkurung di dalam asap di seberang jalan.
“Waktu yang berhenti di sekitarmu dan kau pun bisa berjalan di sekitar waktu. Kau bisa menjadi burung yang terbang di antara waktu – di berbagai waktu.”