Pada kesempatan kontrol dengan dokter jiwa itu, Amara yang sedianya hanya mengantar adiknya seperti mendapat celah untuk mencurahkan isi hati dan mulai bercerita tentang keadaan keluarganya. Amara merasakan kebuntuan yang menyesakkan dada. Ia merasa tidak ada harapan lagi bagi keluarganya, dan tidak yakin ada orang yang bisa membantu. Itu karena tidak ada perubahan di keluarganya, begitu catat Amara dalam hati. Padahal, Amara merasa harus ada pendekatan yang benar-benar baru di sisi orang tuanya jika masalah kejiwaan anak-anak mereka ingin teratasi. Dokter hanya diam mendengarkan Amara bercerita.