Siapa di kalangan kaum muslimin tak mengenal bulan mulia ini ? Bulan nan penuh barakah. Tidak saja bagi kaum muslimin, tapi juga menjadi “berkah” bagi umat‐
umat lain yang menangguk keuntungan atas hadirnya bulan
tersebut. Sebut saja pedagang pakaian atau penjual makanan non muslim. Keuntungan mereka di bulan Ramadhan bisa berlipat ganda dibandingkan bulan‐bulan lain.
Namun, yang mendapat keuntungan paling banyak tentunya adalah kaum muslimin sendiri. Di antara kaum muslimin yang mendapatkan keuntungan hakiki adalah mereka yang beriman dan bersungguh‐sungguh beramal di bulan itu. Merekalah yang paling merasakan berkah dan nikmatnya bulan suci ini. Bagi seorang muslim yang berakal sehat, tentu mereka menginginkan kehadiran bulan suci ini dengan penuh kerinduan. Laksana seorang kekasih yang kecanduan asmara setahun lamanya tak bersua. Kapankah sang kekasih datang ? Berapa lama lagi ? Bisakah aku kira‐kira menemuinya ? Adakah umurku masih ada untuk menjumpainya ?
Begitulah kira‐kira perasaan kaum muslimin yang benar‐benar beriman. Mereka ingin memanfaatkan betul kehadiran bulan suci
tersebut. Mereka ingin agar apa yang diusahakan di bulan Ramadhan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab, bulan yang mulia ini tidak setiap saat hadir. Hanya setahun sekali. Itupun kadang manusia sering lalai sehingga tiba‐tiba tak terasa Ramadhan sudah hampir berakhir. Padahal setiap detik dalam bulan Ramadhan mengandung pahala besar jika dimanfaatkan untuk beramal. Sungguh sayang mereka yang tidak mau memanfaatkannya.
Untuk mengisi dan mengoptimalkan bulan Ramadhan, sudah tentu, perlu ilmu. Sudah banyak para ulama, da’i atau mubaligh menyampaikan perihal seluk‐beluk Ramadhan dan hukum‐hukum mengenai puasa. Menjelang datangnya bulan tersebut, materi puasa sudah mulai dikumandangkan. Baik di mimbar‐mimbar, di layar televisi, di siaran radio, di media cetak, web site dan saluran komunikasi lainnya. Tidak ketinggalan buku‐buku agama tentang puasa. Penerbit maupun toko buku beramai‐ramai mempromosikan buku‐buku tentang puasa. Begitu banyak buku di pasaran tentang puasa, mana yang harus dibaca ?
Kehadiran buku “Jamuan Ramadhan” ini tidak sekedar untuk meramaikan jagat perbukuan yang sekarang ini tengah semarak. Buku “Jamuan Ramadhan” hadir ingin memberikan pemahaman yang sederhana tapi komprehensif (menyeluruh) tentang Ramadhan, puasa dan beberapa ibadah di dalamnya. Buku ini disusun dengan gaya bahasa yang ringan, mudah dimengerti namun tidak meninggalkan segi keilmiahan dan kekuatan dalil. Tanpa mengecilkan usaha para ulama yang selama ini telah menerbitkan buku sehingga dibaca jutaan orang, buku ini juga dimaksudkan untuk melengkapi perbendaharaan buku puasa yang telah ada. Dengan berbagai macam perumpamaan yang
dibuat tentang puasa diharapkan pembaca buku ini akan lebih mudah memahami dan memaknai bulan Ramadhan.
Buku ini memang sarat dengan perumpamaan. Perumpamaan ini terus terang berdasarkan imajinasi Penulis. Artinya, pembaca boleh setuju boleh tidak. Penulis hanya ingin memudahkan pembaca untuk memahami segala sesuatu tentu Ramadhan dan ibadah‐ibadah di dalamnya. (Perumpamaan “Jamuan” memang tidak ada dalil untuk bulan Ramadhan. Yang ada, disebutkan dalam hadits perumpamaan “Jamuan” untuk Al Quran. “Al Quran adalah Jamuan Allah,” begitu Sabda Nabi saw.)
Siapa segmen atau pembaca utama buku ini ? Setiap orang tentu boleh membaca buku ini, terutama kaum muslimin. Dengan gaya bahasa yang mudah dan tidak berbelit‐belit, buku ini cocok untuk kalangan menengah di perkotaan terutama yang bekerja di perkantoran di mana mereka mempunyai waktu yang sempit, tapi keinginan belajar dan menimba ilmu demikian besar. Di tengah hiruk pikuk dunia usaha dan kesibukan sehari‐hari, buku ini diharapkan dapat memenuhi hajat keinginan mereka untuk mendapatkan ilmu secara praktis.