“Delapan tahun lalu, kamu ambil aku dari keluargaku, Mas. Aku percayakan menggantungkan hidup padamu. Aku tinggalkan agamaku demi bersamamu.”
Kalimatnya tertahan. Ada sesuatu yang tercekat di tenggorokan.
“Namun, kenyataan tidak semanis janjimu. Ketika aku dengan sekuat hati berpikir bila Allah Mahabaik memberiku ujian ini, kamu ke mana?”
Setelah banyak hal dikorbankan, Senja tidak mendapat surga pada rumah tangganya sendiri. Ia melangkah pergi dari rumah ketika talak kembali diucapkan. Merenda jalannya sendiri dan melukis senjanya dengan jingga yang indah.
Senja menapaki satu per satu anak tangga di tengah tertatihnya langkah. Ia pun mencoba terus meyakinkan diri bila keputusannya bernaung dalam cahaya Islam bukanlah pilihan yang salah.