Disaat itulah saya menjadi perempuan yang tidak lagi sekedar mengurusi hal-hal yang konvensional, memasak, makan, kuliah, belajar dan tidur. Saya menjadi sering mengurusi banyak hal. Tidak sekedar memikirkan diri sendiri.
Menghidupkan dunia literasi di provinsi termuda, khususnya di pedalaman, mengubah ruang berpikir serta tindakan yang saya lakukan sehari-hari. Saya menjadi senang bertemu dengan orang baru, mengasah wawasan agar cakap dalam ucapan saat berkumpul dengan banyak orang.
Dalam medan perjuangan tidak selamanya berteman tawa, dengan banyaknya tipe manusia yang menghampiri maka siaplah hati dengan banyak nya konsekuensi. Seringkali air mata datang menyakiti namun harus dijadikan kekuatan dalam menempa diri.
Literasi adalah perjuangan besar untuk generasi, bukan ambisi apalagi kompetisi.
