Kenangan tentangmu masih tetap kuanggap indah.
Meski kau pergi meninggalkanku tanpa pamit.
Meski kepergianmu menyisakan rasa sakit hingga detik ini.
Kenanganku tentangmu masih seindah itu.
Tidak pernah sedikit pun kulalui hari-hariku, dengan tidak memikirkanmu.
Tidak ada yang berubah di sini, Farel. Tidak ada.
Kecuali keberadaanmu, yang sampai detik ini
tak juga mampu terjangkau pandanganku.—Fazoya Rachel.
Tujuh tahun telah berlalu, Fara. Tetapi, mengapa?
Mengapa suaramu masih tetap bergema juga?
Kenapa aku tidak bisa melenyapkan sorot mata teduhmu itu dari kepalaku?
Kegelapan ini menyesakkan, Fara.
Dan, aku tak akan pernah bisa berdamai dengannya.
Tidak akan bisa.
Seperti halnya aku tak lagi berani bermimpi menemuimu,
Walau begitu hebatnya gemuruh rinduku itu.—Farellino Hassady.
