Aku Takut Jadi Sarjana

Aku Takut Jadi Sarjana

Abdul Rahim

0.0

Fiksi

Login untuk Sewa / Beli

Menjadi sarjana di kampung adalah suatu prestisius bagi orang tua yang dirasa telah berhasil menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. Namun itu justru juga menjadi bumerang bagi sang anak ketika selesai kuliah namun masih bingung apa yang akan dikerjakan, apa yang akan diusahakan dengan gelar sarjana yang disandang. Apakah akan tetap berdiam diri senantiasa menengadahkan tangan dari orang tua dengan predikat pengangguran, ataukah menekuni pekerjaan apa saja asalkan memiliki nilai kerja dan tidak dicap sebagai pengangguran. Seperti bertani, melakoni jual beli, atau yang paling banyak terjadi yaitu menjadi peternak ayam walaupun alumni Fakultas Ilmu Pendidikan.

Atau yang lebih ekstrem menjadi TKI ke negara-negara yang menjanjikan kehidupan lebih baik melalui rantauan. Lalu bagi sarjana yang orang tuanya cukup berada akan berpikir dari pada anaknya menganggur dan sia-sia dengan biaya kuliah yang telah dikeluarkan mereka akan dibiayai lagi untuk melanjuntukan kuliah. Masih sama dengan harapan semoga dengan gelar S2 nantinya akan mendapat posisi kerja yang lebih baik.

Kekhawatiran-kekhawatiran seperti ini nampaknya pasti dihadapi juga oleh calon-calon sarjana terdahulu. Lalu ketika bertemu dengan beberapa kakak tingkat yang telah sarjana, beragam cerita kami dapatkan dari mereka. Ada yang mengeluh dengan honor yang tidak seberapa ketika jadi guru ngabdi, ada yang lamarannya tak mendapatkan panggilan walaupun sudah berkali-kali mengirim lamaran, ada pula yang merantau ke luar daerah semata-mata untuk mengejar taraf hidup yang lebih baik dan tidak dicap pengangguran.

Begitu juga yang kualami saat itu, dengan banyaknya sarjana di kampung lebih-lebih itu sarjana pendidikan yang lulus dari kampus-kampus swasta yang membuat cabang hampir di tiap kecamatan. Bayangan tentang masa depan yang belum jelas, apalagi nantinya dengan gelar sarjana pendidikan yang tersemat namun dedikasi untuk pendidikan tak menemukan jalan. Karena untuk mengabdi saja harus membutuhkan nepotisme dari pihak yang kita kenal di sekolah atau lembaga pendidikan yang dituju.