Wahai seorang gadis yang keluar dari Masjid Amanah sekitar pukul sembilan pagi, bolehkah aku bertanya? Selain kata maaf, adakah tebusan untuk cintaku yang terbilang terlalu teburu-buru dan membara padamu?
Waktu yang semakin membentangkan ruang sela di antara kita, sudah cukup menjadi bukti nyata bahwa semua hanyalah fatamorgana.
Aku kerap menjadi penebak teka-teki yang salah, sejak kita dipertemukan di bawah langit yang sama, kau acap hadir dalam bayang-bayang perasaanku hingga waktu yang lama terasa hanya sekejap mata.
Mungkin aku akan menghadapi rindu lewat doa, hingga nantinya aku akan menceritakan sirahnya dalam ruang takdir yang berbeda.
Terima kasih atas ilmu-ilmu yang kini hidup dalam jejakku
Harapku satu, semoga engkau adalah kekasih pilihan-Nya, yang melatarbelakanginya pun juga satu, karena halaqah cinta.
