SURGA UNTUK BIDADARI

SURGA UNTUK BIDADARI

Puspa Mekar

0.0

Fiksi Religi

Login untuk Sewa / Beli

Sultan Ali Firdaus, memiliki nama yang luar biasa bagus artinya, orang tuanya pun kaya raya, tetapi ia hidup seperti di neraka dalam rumahnya sendiri. Setiap hari tak ada damai jika ia berada di rumah. Ayahnya kolektor barang antik, memiliki galeri barang antik bernilai milyaran. Ibunya wanita penuh gaya dengan bisnis garmennya. Setiap mereka bertemu di rumah selalu saja berdebat di depannya.
Hal itu membuat Ali, demikian dia biasa dipanggil, memiliki cita-cita untuk mendapatkan seorang wanita yang menyejukkan hati. Saat hati tertambat pada seorang gadis yang terlihat bagaikan bidadari karena sejuk dipandang, ia harus berhadapan dengan pertanyaan, pantaskah ia menginginkan bidadari salihah itu sedangkan ia jauh dari kata saleh? Salat tidak. Bahkan mungkin sudah lupa bacaan-bacaannya. Wudu saja jauh dari kata sempurna. Ia sudah tidak salat sejak bertahun-tahun lamanya. Terakhir saat pesantren kilat di bulan Ramadan saat masih duduk di kelas XIII SMP. Itu sudah kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Sebelas tahun malah.
Bayangkan, sepuluh tahun yang lalu. Salatnya setahun sekali. Lebaran.

"Jika kau inginkan bidadari, kau harus siapkan surga untuknya. Karena tak ada bidadari yang hidup di neraka. Jika kau inginkan wanita salihah. Jadikan dirimu pria yang saleh. Wanita yang baik hanya untuk pria baik. Begitupun sebaliknya."

Kalimat yang menyadarkannya, jika ia sama sekali belum pantas bagi Malaika Ilya Sha, putri Haji Ilyasha, seorang dermawan yang memiliki yayasan anak yatim dan pondok pesantren yang tadinya diperuntukan untuk anak yatim dengan biaya pribadi, lalu dibuka untuk umum dengan bayaran minimalis hanya sebagai formalitas. Ayah Ilya, bukanlah kiai, bukan ustaz, bukan ulama, tetapi kepeduliannya terhadap agama sangatlah bisa diandalkan. Ibunya pun hanya wanita yang gemar ke pengajian. Wanita yang memiliki banyak waktu untuk memerhatikan putra-putrinya, sehingga terbentuk menjadi salihah dan saleh.

Lalu dirinya? Bisakah ia memberikan surga untuk bidadari yang diharapkannya? Dapatkah ia menyiapkan rumah yang di dalamnya bagaikan surga? Mampukah ia membawa seorang bidadari kepada keselamatan dunia maupun akhirat sedangkan keselamatan dia sendiri saja belum terjamin?

"Aku pun bukan wanita yang dirindukan surga, jika aku lalai dalam salat, tidak puasa, tidak taat pada suamiku kelak, dan tak dapat memelihara harga diriku."