Jika dirasakan benar, peristiwa yang diangkat Impian menjadi cerkak (cerita cekak – cerpen berbahasa Jawa) itu memang perilaku-perilaku anak muda, remaja jaman kekinian. Siapa pelakunya, apa yang terjadi, bagaimana bisa demikian, siapa antagonis dan siapa protagonis, bagaimana alur kisahnya, dan seterusnya semua tidak lepas dari “Jawa” yang berada di jaman modern, Jawa yang modern. Eloknya, semua itu tidak membuat cerkak-cerkak karya Impian kehilangan kejawaannya. Malah, jawanya tetap “nges” (menarik hati). Jawa modern yang betul-betul Jawa. Ada cerkak yang kisahnya tentang sesorang dari luar Jawa, kalau tidak salah Padang atau Minangkabau. Eloknya kisah orang Padang itu ketika dipaparkan di cerkak tetap saja terasa “jawa banget”.