Mengikuti perkembangan dan dinamikanya, terkadang teringat akan kegalauan para Guru yang sangat prihatin atas kondisi sebagian besar warga Indonesia yang berada pada wilayah negara yang rentan bencana tidak mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran geografi yang lekat dengan substansi kebencanaan. Membayangkan anak-anak Sekolah Menengah Atas, terutama yang dari peminatan Ilmu Pengetahuan Alam di Aceh, Padang, Yogyakarta, dan daerah yang sangat rawan bencana tidak mempunyai literasi kebencanaan rasanya memprihatinkan. Kekhawatiran akan banyaknya korban dari warga masyarakat karena kurangnya literasi bencana selalu menyelimuti para Guru Geografi. Akhir-akhir ini, para Guru, dan juga kami warga komunitas geografi semakin prihatin dengan ditetapkannya kebijakan Mata Pelajaran Geografi tidak menjadi pilihan wajib dalam pembelajaran di tingkat Dikdasmen. Rasanya akan semakin banyak calon-calon korban bencana karena kurangnya literasi kebencanaan. Bukan hanya itu, pembentukan karakter cinta tanah air juga semakin memprihatinkan. Peserta didik yang dahulu mempelajari flora, fauna, keanekaragaman sumberdaya alam, dan budaya bangsa akan semakin berkurang karena Mata Pelajaran Geografi tidak menjadi mata pelajaran wajib dan mandiri lagi. Kekhawatiran akan lunturnya cinta tanah air, yang selama ini diajarkan dalam geografi, akhir-akhir ini dirasakan semakin kuat karena Mata
Pelajaran Geografi tidak menjadi mainstream lagi dalam pembelajaran pada tingkat Dikdasmen. Komunitas geografi, yang diwakili oleh IGI merasa sangat miris dengan kondisi tersebut. Kebijakan tersebut juga kurang sejalan dengan tren Pembelajaran Abad-21 pada kajian Partnership for 21st Century Learning (P21) yang menempatkan Geografi sebagai salah satu Mata Pelajaran Kunci di Abad 21. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan negara tercinta Indonesia ini akan dihuni oleh warga bangsa yang rendah kecintaan tanah airnya dan mereka tidak peduli dengan kekayaan sumberdaya alamnya, yang berujung banyak warga Indonesia yang tidak peduli terhadap bangsa dan negaranya karena literasi geografinya rendah.