Kemi 2
Novel KEMI berkisah tentang dua orang santri cerdas yang berpisah jalan. Kemi (Ahmad Sukaimi), santri pertama, terjebak dalam paham liberalisme. Ia mengkhianati amanah sang Kiai. Kemi salah pilih teman dan paham keagamaan. Ujungnya, ia terjerat sindikat kriminal pembobol dana-dana asing untuk proyek liberalisasi di Indonesia. Ia semakin terjerat dengan pemikiran dan aktivitas penyebaran paham liberalisme setelah memasuki bangku kuliah di sebuah institut lintas agama.
Nasib Kemi berujung tragis. Karena dianggap gagal menjalankan misi liberalisasi, Kemi justru dianiaya oleh donaturnya sendiri. Akhirnya, santri cerdas yang tersesat jalan itu harus dirawat di sebuah rumah sakit jiwa.
Tokoh utama lain adalah Rahmat, sahabat dekat Kemi di Pesantren. Selain cerdas dan tampan, Rahmat juga tangguh dalam “menjinakkan” pemikiran-pemikiran liberal. Oleh Kiai Rois, Pemimpin Pesantren Minhajul Abidin, tempat Kemi dan Rahmat menimba ilmu, Rahmat ditugaskan untuk menyadarkan Kemi dan menjinakkan paham-paham liberal. Untuk itu Rahmat diberi bekal kemampuan khusus dengan misi utama membawa kembali Kemi ke pesantren.
Meskipun misi utamanya gagal, Rahmat berhasil “mengobrak-abrik” jaringan liberal yang membelit Kemi. Sejumlah aktivis dan tokoh liberal berhasil ditaklukkan dalam diskusi.
Prof. Malikan, rektor Institut Studi Lintas Agama, tempat Rahmat dan Kemi kuliah, ditaklukkan Rahmat di ruang kelas. Siti, seorang aktivis kesetaraan gender, putri kiai terkenal di Banten, terpesona oleh kesalehan, kecerdasan, dan ketampanan Rahmat. Akhirnya, Siti sadar dan bertobat, kembali ke orang tua dan pesantrennya setelah bertahun-tahun bergelimang dengan pemikiran dan aktivitas liberal. Rahmat juga berhasil menyadarkan Kiai Dulpikir, seorang Kiai liberal terkenal di Jawa Barat. Sang Kiai akhirnya bertobat dan wafat di ruang seminar.