Dunia keagamaan dan keulamaan begitu identik dengan karya agung dari para ulama. Islam menjadi satu-satunya agama dengan tradisi intelektual yang mapan. Ribuan hingga jutaan ulama menulis. Nyaris, kita tak mengenal mereka, para ulama itu, dalam lintasan panjang sejarahnya, kecuali dari karya-karya mereka. Dunia literasi begitu hidup. Karya di zaman klasik, berbelas abad lalu, bahkan bisa diakses dan dipedomani hingga hari ini, oleh generasi hari ini dan generasi selanjutnya.
Tradisi intelektual dalam Islam mesti dilanjutkan oleh generasi muslim di setiap tempat dan di setiap masanya. Termasuk para generasi muslim di Kota Tasikmalaya. Ada sejarah literasi yang telah hadir di Tasikmalaya. Sebelum kemerdekaan negeri ini, sejarah Tasikmalaya diharumkan nama-nama besar seperti Soetisna Sendjaja, KH. Syabandi, KH. Ruhiat, dan lainnya. Mereka adalah warga Tasikmalaya yang telah berkarya.
Kini, aktivitas dunia literasi yang hidup di banyar kalangan di Kota Tasikmalaya juga merambah ke pesantren dan madrasah. Telah cukup banyak karya yang dihasilkan oleh para santri di Kota Tasikmalaya. Beberapa lembaga pendidikan dan pesantren telah mencatatkan prestasi. Beberapa guru-guru di madrasah juga telah melahirkan karya. Ada yang diterbitkan secara individu. Ada juga hasil kolaborasi. Buku ini, Buah Literasi Peserta Didik MA dan MAN Kota Tasikmalaya, adalah karya gemilang para penulisnya. Mereka adalah peserta didik beberapa MA dan MAN yang ada di Kota Tasikmalaya. Buku ini ditulis oleh dari 55 penulis. Banyak kejutan di dalamnya. Banyak `dentuman` di sana sini. Mereka ternyata mampu menyampaikan gagasan-gagasan cemerlang untuk kemajuan Tasikmalaya khususnya, juga untuk Islam dan Indonesia pada umumnya. Ada delapan tema yang mereka bidik. Mereka tak diarahkan
untuk menulis apa. Mereka menumpahkan gagasan sesuai dengan kecenderungannya.
Buku ini, selain merupakan `berkah` dari bulan Mei sebagai bulan pendidikan dan bulan kebangkitan nasional. Besar harapan, dunia pendidikan kembali bergeliat dan bangkit setelah dua tahu lebih dihantam Covid-19. Momentum bulan Mei sejatinya mampu dimaksimalkan untuk kebangkitan dunia pendidikan di Indonesia. Para peserta didik MA dan MAN di Kota Tasikmalaya telah memberi sumbangsih menuju harapan itu dengan berkolaborasi mencipta buku.