"Telepon ditutup. Alya membeli minuman kaleng, lalu duduk di kursi depan kios. Matahari cukup terik memanggang semua kendaraan yang tengah ramai melintas di jalan. Beberapa saat lagi bom akan memanggang banyak orang di seberang. Alya menarik punggung ke belakang, mengering-ngeringkan bibir, dan menanti waktu yang tepat. Angin dari kipas yang berdiri di samping kulkas menerpa wajahnya. Putaran baling kipas itu tiba-tiba mengingatkannya bahwa waktu benar-benar cepat berputar. Dia kini adalah pengebom kelas kakap. Dia bakal menjadi pembunuh polisi terbanyak sepanjang sejarah di Indonesia.
Alya mengerjap sebentar dan menarik napas dalamdalam. Tangannya merayap ke dalam tas. Tepat pada detik ketiga, tombol remote ia tekan.
Ledakan dahsyat terdengar dari seberang"