Kemajuan teknologi dalam industri konstruksi yang terus berkembang secara pesat telah menghasilkan perkembangan dalam berbagai aspek metode konstruksi. Salah satu aspek penting dalam konstruksi adalah penggunaan beton. Pemadatan beton adalah tahap kritis dalam proses ini, yang berdampak besar pada kualitas beton. Jika pemadatan tidak dilakukan secara optimal, maka kualitas beton akan rendah. Sebaliknya, jika pemadatan dilakukan dengan benar, maka kualitas beton akan tinggi. Tujuan dari pemadatan adalah untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam beton segar, sehingga menghasilkan beton yang tahan lama, seragam, dan bebas dari rongga yang dapat menyebabkan keropos. Namun, dalam pengecoran beton konvensional dengan penggunaan alat vibrator, terkadang kepadatan optimal tidak dapat dijamin. Selain itu, penggunaan vibrator di area yang padat bangunan dapat menghasilkan polusi suara dan getaran yang berdampak pada bangunan lain serta lingkungan sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, dikembangkanlah beton Self-Compacting Concrete (SCC).
Keuntungan penggunaan SCC mencakup penghilangan kebutuhan alat vibrator yang berisik, pengurangan tenaga kerja yang dibutuhkan, kemudahan pengecoran di area sulit dijangkau, percepatan proses pengerjaan, serta aspek ekonomis. Dalam penelitian ini, agregat kasar dari Pasuruan dan Madura digunakan sebagai bahan campuran beton. Penelitian ini juga mencoba untuk mempertimbangkan potensi penggunaan kerikil Sumenep sebagai agregat kasar beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik kerikil Sumenep mendekati kerikil dari Mojokerto atau Pasuruan dan memenuhi standar SNI, ACI, ASTM, dan BS. Diharapkan bahwa penggunaan kerikil Sumenep ini dapat menjadi alternatif bahan dalam pembuatan SCC yang memenuhi persyaratan.
KINERJA BETON: SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) (ANALISA MENGGUNAKAN KERIKIL PUTIH)
Ahmad Suryadi
Sains