Kumpulan cerita ini merupakan kolaborasi dua penulis antara Bobi Tuankotta dan Wahyu N. Cahyo. Bertema kehilangan, cerita-cerita di dalamnya sangat menarik dan berbeda. Penulis memangkas hal-hal yang melebar, menebalkan hal-hal yang penting. Kurang dari enam bulan, masing-masing dari penulis berhasil menuliskan empat buah cerita, lalu bersepakat untuk menjuduli buku bersama ini sebagai Yang Dikenang dari yang Hilang.
"Saya ingat pernah ditempeleng oleh seorang tentara gara-gara pertanyaan saya menyinggungnya. Pernah satu waktu, alih-alih membayar, saya dibayar oleh seorang narasumber saya lantaran ia merasa tergugah telah diajak bernostalgia. Saya juga pernah ditonjok oleh seorang penari kontemporer gara-gara saya ketahuan merekam percakapan kami tanpa seizinnya. Pada lain kesempatan, saya pernah diberikan seks oral oleh seorang anak band lantaran kontak mata yang kami buat selama wawancara membuatnya teringat akan mantan kekasihnya. Saya bahkan pernah dikejar dan diteriaki maling oleh segerombolan PNS di Pasar Mardika. Singkatnya, pengalaman saya cukup bervariasi. Dari orgasme hingga berdarah-darah. Dan kali ini saya hendak bercerita tentang bagaimana saya mewawancarai seorang lelaki pemilik foot fetish, dan tentang saya yang menendang biji kontolnya menggunakan kaki kanan saya pada akhir wawancara kami."
— Bobi Tuankotta
...buatku, jatuh cinta itu adalah sebuah pilihan paling berani yang pernah diambil oleh seseorang. Pilihan yang selayaknya disertai konsekuensi-konsekuensi setelahnya. Kalau misalnya temanmu itu memilih jatuh cinta kepada yang sama dengannya—sama dalam artian kelaminnya dan tempat kerjanya—ya, buatku itu adalah sebuah keberanian. Masalah bahwa kemudian cinta yang mereka bawa mengandung bisa, ya, itu adalah konsekuensi. Konsekuensi yang semestinya mendapat batasan dari siapa pun di tempat kerjamu yang berwenang memberikannya.
— Wahyu N. Cahyo