Antologi puisi-puisi ini secara umum didominasi oleh kekuatan rindu, dan sebagian serpihan renjana-renjana, erotisme dan kritik perlawanan. Semua warna warni perasaan dan sikap terefleksi dalam larik, dan bait. Dengan hadirnya bait-bait puisi saya di tengah-tengah penimat sastra di Indonesia, maka sepenuhnya karya puisi ini milik pembaca. ‘Penulis harus mati begitu dia selesai menulis. Agar tidak mengganggu jalur teks.’ ujar penggagas hiperealitas Umberto Eco Dalam novelnya The Name of the Rose. Teks Eco tersebut menyiratkan, bahwa pemaknaan sebuah puisi sepenuhnya milik pembaca, tak ada hak istimewa meskipun bagi si pengarang itu sendiri. Semakin banyak varian pemaknaan dalam puisi ini, maka semakin memunculkan dinamika positif dalam dunia kritik sastra maupun dalam dunia penafsiran.