Sejak menyadari hidupnya hancur, Fatimah tidak lagi beriman kepada Tuhan. Apalagi saat ibunya meninggal setelah melahirkan saudara kembarnya. Kemudian sang ayah yang juga meninggal akibat dibakar hidup-hidup oleh masyarakat karena dituduh mencuri, Fatimah tidak mau lagi hidup dalam garis takwa. Hingga ia bertemu dengan seorang pria yang sepertinya mencintainya, tetapi banyak sekali rintangannya. Fatimah mempunyai banyak harapan, tetapi pada akhirnya hancur.
Apakah dia hanya ditakdirkan untuk hidup sebagai manusia yang terluka dan kecewa? Dalam kegelapan yang menyelimuti, Fatimah menemukan cahaya. Membawanya pada titik terang sebagai jalur migrasinya.
