“Lho, Arina kok bawa tas sama pakai mukena? Arina mau ngapain, Sayang?” tanya Ibu lembut sembari membungkukkan badannya menatap wajahku.
“Aku mau shalat di masjid sama Ayah. Ayah mana?” tuturku sambil menatap wajah Ibu.
“Arina, Ayah sudah tidur. Ayah tadi ketiduran di meja ruang kerjanya, terus Ibu suruh Ayah tidur di kamar,” jelas Ibu.
Aku pun menunjukkan wajah murung dan masuk ke kamar. Aku tertidur dengan air mata yang masih membulir di ujung mataku.
Wah, apa yang terjadi dengan Arina, ya? Mengapa dia menangis saat tahu ayahnya tidur dan tidak shalat ke masjid bersamanya?
Hmm, benar-benar membuat penasaran. Mending langsung buka buku ini aja deh! Selain cerpen Sajadah untuk Ayah, masih ada 9 cerpen menarik lainnya lho. Selamat membaca!