Zia memergoki mamanya menangis. Zia kaget. Ada apa dengan Mama? Nggak cuma sekali saja, tapi Zia sering melihat mata mamanya sembab seperti habis menangis. Nggak biasanya Mama yang tegar itu menangis. Mama juga jadi gampang marah. Trus dikit-dikit menjawab SMS atau telepon dengan wajah tegang.
Nggak hanya itu. Papa yang punya usaha jual beli rumah dan properti itu juga jarang pulang. Sekalinya pulang, pasti larut malam. Lalu, suatu hari mobil di rumah Zia dijual. Yang bikin Zia tambah bingung, Papa nggak ada kabar. Papa pergi begitu saja. Bi Akah, pembantu di rumah Zia, juga berhenti bekerja secara mendadak. Dan yang paling bikin Zia sedih, rumah mewah mereka disita oleh bank!
Zia bingung. Bagaimana dengan teman-teman Zia di sekolah? Zia takut teman-temannya akan menjauhi Zia karena sekarang Zia jadi anak miskin. Gimana caranya nanti dia datang ke kemping di vila barunya Ola? Teman-teman, kan, tahunya Zia punya mobil. Apa Zia menyewa mobil saja, ya, biar teman-teman mengira kalau Zia masih punya mobil? Trus nanti kalau teman-teman minta main ke rumah Zia gimana? Kan, rumah mewahnya udah dijual. Sekarang, Zia bersama Mama dan dua adiknya mengontrak di rumah kecil. Aaahhh...rumit!
Teman-teman, kalian penasaran, kan, dengan kisah Zia? Apa, ya, yang dilakukan oleh Zia bersama Mama dan dua adiknya? Berakhir sedihkah kisah Zia ini? Hmmm...pingin tahu, kan? Nah, simak novel anak di tangan kalian ini sampai selesai, ya. :-)