Cintai Aku Meski Ku Tak Sempurna

Cintai Aku Meski Ku Tak Sempurna

Ali bin Nayif Asy-Syuhud

0.0

Fiksi, Romansa

Login untuk Sewa / Beli

Seorang suami berkata kepada istrinya, “Alangkah gagahnya burung pipit jantan ini!”
Istrinya menjawab, “Maaf, Sayangku, ini adalah seekor burung pipit betina.”
Sang suami bersikukuh, “Pipit jantan!”
Istrinya tak kalah keras, “Pipit betina!”
Masing-masing bertahan dengan pendapatnya sendiri sehingga terjadilah perdebatan hingga berubah menjadi perdebatan sengit. Api pertikaian itu pun tak bisa padam kecuali sesudah selang waktu yang cukup lama.
Setahun sesudah peristiwa itu terjadi, tiba-tiba sang suami teringat kejadian itu, lantas dia berkata kepada istrinya sambil tertawa, “Apakah kamu masih ingat percekcokan kita yang menggelikan tentang burung pipit dahulu?”
Sang istri menjawab, “Tentu, aku ingat. Waktu itu sudah terbersit di dalam benakku bahwa akan terjadi perceraian. Akan tetapi akhirnya aku bersyukur kepada Allah karena semua itu berakhir dengan kebahagiaan yang menyenangkan. Aku meminta kejelasan kepadamu, duhai Sayangku, bukankah engkau dulu melakukan kesalahan pada peristiwa itu, disebabkan oleh burung pipit betina?”
Sang suami langsung menyahut, “Pipit betina apa! Itu kan, burung pipit jantan!”
Istrinya menyeringai, “Tidak! Itu burung pipit betina!”
Terjadilah percekcokan lagi seperti dahulu!
Betapa banyaknya burung pipit jantan dan burung pipit betina yang ada di balik sekian banyak percekcokan yang terjadi!
Bagaimana dengan Anda? Apakah sebegitu penting memaksakan pendapat kita kepada pasangan atau menganggap pendapat kitalah yang benar hingga mengorbankan rajutan cinta menjadi pertengkaran atau ... bahkan perceraian?
Allah Azza wa Jalla mensyariatkan hubungan pernikahan adalah untuk mewujudkan manfaat bagi masing-masing dari pasangan suami istri, agar jiwa mereka tenteram, dan agar keduanya dapat bekerja sama, tolong-menolong secara kontinu, pengorbanan yang terus-menerus di jalan kebahagiaan, sehingga menghasilkan kebaikan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Jika perkawinan ibarat bahtera, maka kita tak akan selamat hingga ke daratan kecuali dengan mengetahui arah angin dan cara mengendalikannya.
Perbedaan persepsi, latar belakang, orientasi, tidak dipungkiri adalah angin kencang yang siap merobek layar. Maka risalah kecil ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana mengendalikan bahtera perkawinan agar tetap berlayar, dengan mengenali diri dan pasangan. Sebab, bukankah cinta memang harus selalu diupayakan?