“Jeanny hitam … Jeanny hitam!” Aldo berseru sambil tertawa dan berjoget di bangkunya yang terletak di pojok kelas.
Bu Sulistya melotot sedikit. Tak menyangka bahwa Aldo tega mengejek teman barunya di hadapan murid-murid. Tanpa mengacuhkan ejekan Aldo barusan, Bu Sulistya memperkenankan Jeanny duduk. Ia memilih duduk di bangku sebelahku yang memang masih kosong.
“Halo, Jeanny, namaku Laila. Senang bertemu denganmu,” aku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
Jeanny menerima uluran tanganku dengan tersenyum. “Aku Jeanny. Semoga kita dapat berteman baik, Laila.”
“Eh, Laila, kamu, kok, mau, sih, bersalaman dengan Jeanny? Nanti hitamnya luntur ke kulitmu, loh!” seloroh Elna yang duduk di belakang kami.
Ratna yang duduk disampingnya, tertawa geli.
Aku memandang mereka berdua dengan heran. Mengapa mereka mempunyai pikiran seperti itu. Ah, kasihan Jeanny. Pasti ia merasa sedih dengan ejekan teman-teman. Padahal, apa salahnya jika berkulit hitam? Hitam dan putih juga ciptaan Allah. Berkulit hitam bukanlah dosa.
Potongan adegan di atas adalah salah satu adegan dalam cerita yang berjudul Sahabat dari Timur. Kamu tentu penasaran, kan, dengan kelanjutan adegan di atas? Ada apa, sih, sebenarnya dengan Jeanny? Nah, dalam buku ini kamu juga bisa menemukan cerita-cerita seru lainnya. Dijamin asyik dan bikin kamu nggak bosen membaca cerita-cerita dalam buku ini sampai tuntas. Selamat membaca, yaaaa!