Ih, apa, sih, hebatnya Ayah?
Pertanyaan itu belakangan terus berada di pikiran Rani. Rani merasa selama ini tidak ada yang hebat dengan ayahnya.
Tabita bilang, ayahnya hebat. Soalnya, ayahnya punya mobil baru dan kemarin mereka sekeluarga jalan-jalan ke Puncak. Kalau Lulu bilang, ayahnya hebat. Soalnya, suka masak nasi goreng pagi-pagi untuk Lulu. Chira bilang, ayahnya hebat. Karena ayahnya itu dokter, jadi banyak membantu orang.
Ayah Rani sendiri?
Rani membayangkan.
“Aku mau punya Ayah seperti ayah temanku, Bunda,” ujar Rani berterus terang pada Bunda.
Bunda tertawa.
“Mereka hebat-hebat.”
“Terus, Ayah kamu tidak hebat?”
Rani menggeleng.
Bunda mengelus kepala Rani.
Hmm … Teman-Teman, ada apa, ya, dengan Rani? Kenapa dia bilang kalau ayahnya tidak hebat? Apakah ayah Rani memang benar tidak hebat? Ataukah sebaliknya, justru ayah Rani adalah ayah yang hebat? Aduh … benar-benar membingungkan.
Teman-Teman, selain cerita tentang Ayahku Hebat, dalam buku ini juga ada kisah-kisah lain, lho. Selamat membaca, ya!