Faira selalu yakin bahwa jalinan takdirnya dengan seorang Raksa Dewangga telah usai. Sudah tutup buku sejak lelaki itu menyampaikan talak yang menjadi akumulasi dari pertengkaran demi pertengkaran dalam perjalanan kehidupan rumah tangga mereka.
Dalam rentang waktu hampir tiga bulan, Faira sudah berusaha menata hatinya yang berantakan, berdarah-darah karena fakta yang baru saja ia terima, bahwa mantan suaminya semakin dekat dengan perempuan yang menyebabkan perpisahan mereka.
Faira hampir berhasil, andai saja Tuhan tidak sedang ingin bercanda dan melemparkan lelucon konyol yang mengubah segala ketentuan takdir yang tadinya ia yakini. Benih Raksa Dewangga tumbuh dalam rahimnya, penerus keturunan yang sudah mereka tunggu lebih dari lima tahun lamanya.
Ketika akhirnya mereka harus kembali, menekan ego untuk calon sang buah hati, baik Faira maupun Raksa menyadari bahwa perasaan dan harapan untuk bersama yang dipikir telah usai, makin kuat bersemi. Bahkan, saat Allivia—wanita yang berusaha memisahkan mereka—bersikukuh untuk mendapatkan Raksa, Faira menyadari bahwa keutuhan rumah tangganya harus diperjuangkan sampai akhir.